Menjadi Gurunya Manusia
Pertemuan Ke-5
Hari : Selasa, 1 Maret 2022
Narasumber : Munif Chatib, M.Pd
Tema : Menjadi Gurunya Manusia
Membaca judul di atas, timbul pertanyaan; memangnya selama ini saya bukan gurunya manusia? Murid saya ya manusia ? Jadi guru sejak dulu hingga kini saya ya memang gurunya manusia. Apa sih maksudnya, kok jadi penasaran. Ayo kita belajar menjadi gurunya manusia!
Manusia itu makluk yang unik dengan berbagai karakter yang melingkupi. Sekalipun anak kembar tidak akan sama persis kepribadian pasti akan memiliki hal unik yang berbeda. Manusia akan selalu berkembang sesuai jamannya. Mendidik anak juga sesuai dengan jamannya. Model mendidik sekian puluh tahun yang lalu tidak bisa serta merta kita terapkan untuk generasi yang sekarang. Itulah maksud menjadi gurunya manusia. Manusia selalu berkembang, cara mendidik juga harus berkembang untuk menyelaraskan sesuai jamannya. Bila guru tidak mau berkembang, ingat lho...... bahwa siswanya itu manusia, gurunya itu manusia, orang tuanya itu manusia, kelasnya itu terbentuk dari manusia, sekolahnya itu terwujud dari manusia.
Solusi apa yang dapat kita lakukan untuk menjadi gurunya manusia ? Jadilah The Inspired Teacher. The Inspired teacher menempatkan kita menjadi orang tua, guru dan teman bagi mereka. Kita dapat menjadi orang tua yang bisa memberikan nasehat seperti kepada anaknya. Kita bisa menjadi guru yang dapat memberikan ilmu pengetahuan pada mereka. Kita dapat menjadi teman untuk berbagai dan bercerita dengan mereka.
Bagaimana caranya ?
1. Guru hendaknya menjadi teladan. Guru teladan tidak harus keras tapi bisa tegas. Keras dan tegas itu berbeda. Guru keras justru akan dijauhi oleh siswa, bila guru tegas itu yang di cari siswa, siswa akan datang kepada kita.
2. Anggaplah setiap anak adalah bintang. Setiap anak lahir adalah juara di bidangnya. Tidak ada anak yang terlahir dengan bodoh. Mereka adalah bintang dibidangnya. Fasilitasi mereka untuk menjadi bintang yang selalu bersinar.
3. Bila menemui anak yang "istimewa" carilah menyelesaian dengan melihat keunggulan yang ada pada diri anak itu, bukan dengan kekurangannya. Kemampuan itu seluas samudra yang sangat dalam dan luas. Dengan menampakan keunggulan munculah rasa percaya diri pada siswa, perlahan dan pasti kekurangan akan terkikis dengan kelebihannya. Kesuksesan itu tidak identik dengan kemampuan kognitif atau nilai. Kemampuan afektik dan motorik juga perlu di gali dan di kembangkan.
4.Setiap anak itu cerdas dengan multi intelligence. Kecerdasan tidak turun dari langit. Kecerdasan itu suatu kebiasaan yang diulang-ulang. Pengulangan sangat penting untuk mengasah kemampuan anak. Anak yang kreatif perlu untuk difasilitasi untuk mengembangkan kemampuannya. Harapannya anak akan mampu menyelesaikan persoalan hidup yang dihadapi.
5, Teknologi dan multi media. Jaman yang sekarang ini tidak lepas dengan multi media dan teknologi. Ayo kita pelajari untuk dapat memanfaatkan di ranah pendidikan. Ayo kita siapkan anak-anak jaman now untuk cerdas dalam menggunakannya teknologi dan multi media.
Ayoo belajar menjadi gurunya manusia !
Keren bu Win
BalasHapusTerima kasih Pak
BalasHapusBagus ibu 😊😊
BalasHapusMemang karakter anak itu berbeda beda, dari anak yang satu dan yang lain. Jadi sebagai guru, saya perlu belajar banyak dari karakter masing masing anak,, sehingga si anak senang dengan pelajaran yang saya berikan ✌✌✌
Makasih ilmunya bu 😊
Matur Nuwun Bu Nur
HapusTerima kasih ilmunya Bu Win
BalasHapusSetuju Bu Win, mantappss habis Bu Ketua MGMP ini. Kita sebagai guru memiliki amanah mendidik generasi yg akan kita siapkan menjadi pemimpin sesuai Firman Allah di surat Al Baqarah ayat 30. Menjadi Khalifah fil Ardhi siap memakmurkan bumi, sehingga mari kita siapkan akal, jiwa, dan fisik mereka.
BalasHapusMatur nuwun ibu Kasek yang hebat.
HapusSetuju bu Win.Terimakasih untuk ilmunya, memang anak2 mempunyai kemampuan yang beranekawarna/ berbeda- bena ,kita patut menghargai, percaya dengan ketekunan dan kemauan belajar bersama ilmu yang baru, kita dapat membentuk anak- anak yang hebat, sesuai talentanya.
BalasHapusMatur nuwun sanget
HapusSangat menginspirasi, Bu Win. Karakteristik murid memang berbeda, seperti halnya filosofi KHD, di mana guru tidak hanya sekadar mengajar dan menyalurkan ilmu saja, tapi harus mendidik dan mengarahkan sesuai kodrat murid.
BalasHapusMatur nuwun Bu Isti. Selamat berkarya
BalasHapusANAK ITU TERLAHIR BUKAN BODOH TETAPI KETEKUNAN, KERAJINAN, DAN KEMAUAN DIA UNTUK MEMPELAJARI SESUATU MEMBUAT ANAK MAMPU.
BalasHapusSetuju sekali, karena tidak ada anak bodoh
BalasHapus